Jika hidup demi piala
Maka cabut saja nyawa
Berikanlah pada si
kubur
Yang merindukan sorga
Piala lempung piala
emas
Sejatinya sama,
segera lenyap setelah sirna
Ia tak mendatangimu
dengan segerobak bintang
Tak juga memasokmu
dengan segepok uang
Apa yan lebih berarti
dari ketakmujudan
Kehendak mabok dan
hasrat bersipongah mengada
Hanya mengantarmu
sebagai raja, sebagai Fir’aun
Bukan Musa bukanm
Khidir dan bukan lautan
Yang dadamu siap
menyibak untuk para nelangsa
Dan oleh pijaran api
Sinai, engkau menggelegak
Mereguk mereka yang
berhati congkak
Laut tiada mengada
Tapi senantiasa turut
pada yang Ada
Laut tiada bergerak
Ombaknya adalah zikir
kerinduan
Untuk kembali tiada
Namun dalam kalbu
laut ada piala
Mutiara matahari bagi
Sulaiman
Yang tak menginginkan
harta, tahta dan wanita
Melainkan makrifat
sejati kepada Sang Cinta
Di cuplik dari antalogi; Sembilan Penyair Muda Indonesia)