Kamis, 25 Februari 2016

Dino Sang Supir Tembak





Sebut saja namanya Dino (nama samaran) seorang anak muda yang tidak lebih tua dari ku, kesehariaannya adalah menjadi supir tembak angutan elf di daerah pegunungan yang ada di kota Karawang, kisah ini adalah berdasarkan dari ibu yang bercerita kepadaku maka karena menarik aku pun menulisnya.
                Dari penampilannya menurut penuturan ibuku adalah dia seperti anak funk, apa yang ada difikiran anda tentang anak funk?
                Katanya sehari ia bisa dapat 50.000 rupiah dan jika sekali jalan maka ia bisa mendapat 8.000 rupiah.
                Dino pun pernah berujar bahwa ibu (penulis) ialah seperti ibunya yang kini sedang bekerja di Arab Saudi.
                Penulis pun ingin bertemu dengannya, karena di usia yang masih muda ia sudah mencari nafkah sendiri, terlepas anggapan bahwa anak funk adalah mereka yang nyeleneh ternyata tidak semuanya begitu.
                Semoga menjadi pelajaran, khususnya penulis dan penulis pun tidak bermaksud membuka aib atau semacamnya.

Selasa, 23 Februari 2016

Insiden Pertama Lungli


Tidak lama setelahnya ibu itu lalu menyetop angkot tanda ia mau turun pada persimpangan jalan tepat di depan sebuah mall di kota Karawang, "hayu neng ibu duluan ya, mau beli baju buat si adek yang masih SD kelas dua," sambil senyum ibu itu menatap kedua mata Sherin dan Lungli. Dengan sedikit menggeser tempat duduk, Sherin menjawab kemudian tangannya menepuk buku yang sedang di pangku Lungli, "Oh iya-iya bu." kata Lungli yang tadi hanya melamun saja.
 Sementara itu di halte Boksi dan Koko sedang duduk dan membicarakan siapa orang yang melakukan pemalakan, "Ku kira kita punya pikiran yang sama tentang si pecundang, siapa lagi kalau bukan dia?" kata Boksi. "Siapa?" tanya Koko keheranan, tetapi tidak di jawab oleh Boksi. Lalu Boksi berkata lagi, "Bagaimana bisa kau kenal sama anak smansa tadi?"
"Saya kenal Sherin, karena rumahnya tidak jauh dari rumahku, Ayahnya juga adalah teman Bapakku, jadi kami lumayan dekat, mengenai gadis itu saya tak mengenalnya."
Memang unik antara Boksi dan Koko ini bila mereka berbicara maka bahasa yang digunakan itu khas serta selalu berubah-rubah kadang gaya mereka bicara seperti orang serius dan terpelajar tak jarang mengandung filosofi atau hanya sekedar humor belaka.
"Kiri bang"
"Disini neng? di depan ya" kata sopir angkot
Kemudian Lungli menatap Sherin, "Aku duluan yah". Lalu ia mengeluarkan uang di saku bajunya namun ketika hendak membayar malah di tolak oleh abang sopir angkot,"Udah di bayar ongkosnya sama Aa yang tadi." Sontak Lungli terkejut dan bingung harus berbuat apa, dia hanya mematung beserta pipinya yang memerah, tapi kemudian angkot melaju dan dia melempar senyum kepada Sherin yang ada di dalam bersama angkot yang mulai menjauh.
 Sesampainya di rumah Lungli bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya dan tidak menceritakan kepada keluarganya padahal sebetulnya dia adalah anak gadis dengan sifat yang manja juga sangat pemalu entah kali ini kenapa dia lebih menceritakan itu semua dalam buku hariannya.
***